Potensi Peternakan Kambing (Bag. III)

Saifuddin Zuhri | Sunday, November 30, 2008 | 0 komentar
Bab III

PELUANG PASAR


3.1. Karakteristik Pasar

Pasar bagi daging kambing dapat digolongkan menjadi 2 bagian besar yakni pasar tradisional bagi masyarakat pedesaan dan sebagian masyarakat kota dan pasar khusus bagi masyarakat kota. Kedua jenis konsumen daging kambing ini mempunyai karakteristik yang berbeda. Konsumen dari pasar tradisonal belum memperhatikan aspek-aspek kesehatan hewan, pembangunan jenis daging dan cara penanganan daging. Sedang konsumen masyarakat kota sangat memperhatikan masalah-masalah kesehatan hewan/daging, cara penanganan dan pembagian jenis daging. Besarnya pangsa kedua jenis pasar ini tak dapat ditentukan. Pada pasar tradisional, daging kambing dibeli oleh pedagang dari ternak, kemudian dipotong di rumah pemotongan hewan atau dipotong sendiri. Penjualan daging ini dilaksanakan di pasar-pasar umum. Pasar khusus masyarakat kota umumnya membeli dari pedagang daging yang telah disertifikasi. Daging dipotong di rumah pemotongan hewan dan dijual di supermarket atau di toko-toko khusus yang menjual daging. Hotel dan restoran selain membeli dari supermarket juga membeli dari pemasok yang khusus mengantarkan daging ke restoran sesuai dengan pesanan.

Tingkat permintaan daging kambing tidak terlalu fluktuatif sepanjang tahun, namun permintaan akan meningkat dengan cepat pada saat Hari raya Idul Adha. Pada hari raya tersebut, biasanya permintaan daging akan meningkat dan harga akan meningkat pula. Pada Hari raya Idul Adha, dijual kambing hidup yang sehat untuk digunakan pada kegiatan keagamaan.

3.2. Persepsi konsumen

Dari hasil studi Sukmawati et al. 19.., memperlihatkan tentang posisi susu kambing yang semakin penting di amsyarakat. Dari hasil wawancara tersebut, bahwa sebagian besar konsumen memanfaatkan susu kambing sebagai obat (56,3%) selebihnya untuk menambah daya tahan tubuh (31,2%) dan sebagai aprodisiak (12,5%). Susu kambing lebih dikeal sebagai penawar penyakit tertentu disamping sebagai sumber gizi. Konsumen beranggapan bahwa susu kambing bermanfaat sebagai penawar gatrointestinal, penyakit pernafasan (asma, TBC, bronkhitis) sebagai aprodisiak dan untuk menjaga kondisi kesehatan (thahar dkk, 1995). Dari uji organoleptik menunjukkan bahwa susu kambing cukup digemari seperti layaknya susu sapi (Sunarlin, 1992). Pola Perdagangan Dunia.



Susu kambing mempunyai kandungan total bahan kering (abu) dan lemak lebih tinggi daripada sapi, demikian juga kandungan mineralnya (Ca, P, Ca:P, CI, ,kecuali Fe dan Cu), vitaminnya (vitamin A dan B) serta riboflavin (tabel 1). Total protein, albinum dan globulin serta casein memang rendah, namun non protein nitrogen lebih tinggi pada kambing daripada susu sapi. Sunarlin memberikan analisis yang agak berbeda, kandungan protein susu kambing relatif lebih tinggi, yaitu 4,3% dibanding susu sapi (3%). Kandungan protein susu kambing hasil analisis ini lebih tinggi dibandingkan penelitian Triwulaningsih (1986) yang hanya 2,1%. Sedangkan kadar lemak susu kambing (2,8%) lebih rendah dibandingkan kadar lemak susu sapi, yaitu 5,0%. Triwulaningsih melaporkan hasil yang relatif tinggi, yaitu 3,69%. Dari data yang ada, susu kambing ternyata sangat potensial sebagi sumber protein hewani disamping susu sapi. Bagi anak-anak (bayi) yang alergi terhadap susu sapi, susu kambing dapat menggantikannya. Oleh sebab itu, tepat sekali kalau pemasyarakatn susu kambing dikaitkan dengan program gizi keluarga dalam program posyandu. Di Inggris, susu kambing selain dikonsumsi, juga diolah menjadi berbagai bentuk seperti keju, krim, mentega dan yoghurt (Mackenzie,1970).

Harga yang sangat menarik. Persepsi tersebut diatas mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap mahalnya harga susu kambing jika dibandingkan harga susu sapi yang dapat mencapai 10 kali lipat. Harga susu kambing Etawah segar adalah Rp 12.000/liter di Jakarta, sebaliknya harga susu sapi Rp 2000 – 3000,-/liter.

Konsumsi Susu Kambing. Akhir-akhir ini konsumsi susu kambing terus meningkat dari tahun ketahun. Laju peningkatan populasi yang tidak seimbang dengan laju permintaan kambing tersbut akan menciptakan ketidakseimbangan antara permintaan dan produksi tersebut. Jika diperkirakan seekor kambing dapat menghasilkan daging seberat 10 kg, laju permintaan daging kambing 6% per tahun dan laju peningkatan populasi kambing sebesar 3% per tahun maka proyeksi permintaan dan populasi kambing tahun 1999 terlihat pada tabel 1.

Sebagian besar produksi, konsumsi, dan perdagangan produk peternakan dunia terkonsentrasi dalam beberapa negara saja. Hampir 90 persen produksi dan 85 persen konsumsi daging sapi berlokasi di 13 negara saja. Sekitar 55 persen daging sapi dihasilkan dan dikonsumsi di Amerika Serikat yang juga merupakan produsen utama dan 13 persen oleh Jepang dan Korea yang merupakan produsen terkecil dari 13 negara produsen utama tersebut (Leuck, 2001). Selain terkonsentrasi, perdagangan susu dunia juga amat tipis, hanya sekitar 5 persen dari total produksi.

Di samping terkonsentrasi pada sejumlah kecil negara maju, perdagangan produk peternakan dunia di kendalikan oleh sejumlah kecil perusahaan multinasional berskala amat besar. Lima perusahaan terbesar memiliki omset penjualan masing-masing lebih dari 10 milyar dollar AS per tahun, yang terbesar mencapai 24 milyar dollar AS per tahun yang berarti melebihi total ekspor Indonesia (Dyck and Nelson, 2003). Dengan struktur geografis dan perusahaan pelaku yang demikian terkonsentrasi, pasar produk peternakan dunia amat jauh dari persyaratan pasar yang bersaing sempurna.

Pasar produk peternakan global di dominasi secara geografis oleh dua segmen pasar yaitu pasar “Atlantik” dan pasar “Pasifik” yang pada dasarnya merupakan refleksi dari sebaran geografis negara-negara pelaku utama (dominant players). Negara-negara importir utama adalah negara maju yakni, Amerika Serikat, Jepang, Uni Eropa, Korea, Rusia, Cina, Kanada dan Meksiko. Sementara eksportir utama ialah Amerika Serikat, Kanada, Australia, New Zealand, Uni Eropa, Brazil, Argentina, India, Thailand dan Cina. Kiranya dicatat, Amerika Serikat, Uni Eropa, Cina dan Kanada merangkap sebagai importir dan eksportir utama yang mengindikasikan “ intra trade “ dalam produk peternakan. Intra product trade merupakan refleksi dari perbedaan preferensi dan keunggulan komparatif dalam rantai pasok. Tidak saja secara geografis, pasar produk peternakan tersegmentasi pula menurut jenis produk. Sehingga secara keseluruhan menciptakan struktur yang amat kompleks.

Oleh karena merupakan penghasil utama bahan biji-bijian maka usaha peternakan di Amerika Utara dan Uni Eropa, di dominasi oleh usaha ternak intensif dengan pakan olahan berkualitas tinggi berbahan baku biji-bijian (high quality grain blended feed). Produk peternakan “grain-fed “ umumnya berkualitas tinggi. Australia, New Zealand, dan negara-negara Amerika Selatan (Brazil, Argentina, Uruguay) memiliki keunggulan komparatif dalam padang rumput sehingga lebih banyak menghasilkan produk peternakan dengan pakan rumput-rumputan (grassfed). Produk peternakan “grass-fed” umumnya berkualitas rendah (Leuck, 2001, Dyck and Nelsn, 2003) dengan segmen pasar yang berbeda dari produk peternakan “grain-fed”..

Oleh karena itulah, perbedaan keunggulan komparatif dalam sumberdaya pakan merupakan salah satu penentu utama pola perdagangan dunia. Amerika Serikat banyak mengekspor daging sapi dan susu “grain-fed” berkualitas tinggi, yang memang lebih banyak dihasilkannya, utamanya ke Jepang dan Korea, dan mengimpor daging sapi “grass-fed” berkualitas rendah dari Australia, New Zealand, ruguay, Argentina dan Brazil. Amerika menjadi negara eksportir sekaligus importer utama daging sapi.

Selain oleh keunggulan komparatif sumberdaya lahan, pola perdagangan produk peternakan dunia juga amat ditentukan oleh teknologi dan ongkos penanganan pasca panen. Kemajuan teknologi telah memungkinkan daging dapat di angkut jarak jauh, bahkan lintas samudra dalam bentuk dingin (chilled), tidak beku (frozen), tahan lebih lama dan dengan mutu yang tidak berbeda jauh dari daging segar. Konsumen rumah tangga di negara-negara maju lebih menyukai daging dingin (chilled) daripada daging beku (frozen). Bahkan dalam beberapa tahun terakhir, kemajuan teknologi telah memungkinkan perdagangan daging siap saji (ready to eat and serve). Perubahan teknologi tersebut telah mendorong perdagangan dunia semakin kompleks. Sebagai gambaran, daging ayam yang dihasilkan di Amerika Serikat dikirim dalam bentuk utuh dan beku ke Cina, dimana selanjutnya di potong-potong dan diolah hingga siap saji dengan ongkos lebih murah untuk selanjutnya di kirim ke Jepang dimana permintaannya cukup besar.

Selain menyebabkan arah perdagangan makin kompeks, kemajuan teknologi pasca panen dan pengolahan telah menyebabkan pergeseran komposisi produk daging dagangan dari dalam bentuk beku ke dingin dan siap saji. Hal ini juga telah mendorong spesialisasi negara pemasok (eksportir) bagi suatu Negara importir. Sebagai gambaran, negara-negara pemasok daging sapi segar, dingin, beku dan siap saji bagi Amerika Serikat masing-masing terkonsentrasi pada satu atau dua negara saja. Kanada memasok daging segar dan dingin, Australia dan New Zealand daging beku, sementara Argentina an Brazil daging siap saji.

Category:

About Biotakson:
Biotakson diambil dari kata biotaksonomi, yang artinya tingkatan-tingkatan dalam biologi, nama ini disesuaikan dengan kontent blog ini yang mengulas hal-hal yang berhubungan dengan biologi ditambah dengan komputer

0 komentar