Kebuntingan dan Kelahiran pada Babi
A. Kebuntingan
Selama proses evolusi mamalia, telah terjadi perubahan-perubahan anatomik, endokrinologik dan fisiologik yang jelas. Diantara yang lebih nyata adalah; ekonomi produksi gamet-gamet, pembuahan di dalam tubuh, perkembangan corpus luteum sebagai organ endokrin sementara perkembangan placenta sebagai suatu organ nutritif, eksetoris, endokrin dan protetektif. Pengaruh utama adalah untuk menjamin kelanjutan hidup hewan.
Sesudah proses fertilisasi, dimulailah masa kebuntingan yang diakhiri pada waktu kelahiran. Lama kebuntingan ditentukan secara genetik walaupun dapat dimodifiser oleh faktor-faktor maternal yaitu umur induk yang mempengaruhi lama kebuntingan, faktor feotal yaitu suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar “litter” dll.
Pembentukan placenta selama masa kebuntingan bertambah besar melalui proliferasi aktif dari sel-sel trophoblast. Selama pertengahan kebuntingan placenta mencapai ukurannya yang hampir maksimum, yang bertepatan dengan pertumbuhan cepat feotus dan sesudah itu akan menetap relatif konstan. Untuk memungkinkan terjadinya pertukaran fisiologik secara maksimal, daerah permukaan placenta diperluas baik oleh pelipatan komponen - komponennya atau oleh pertautan intim antara villi chorion dengan crypta endometrium seperti pada ruminanansia.
Tiga fungsi utama placenta adalah: pengangkutam, penyimpanan dan biosintesa. Oleh karena kebuntingan terutama merupakan suatu proses anabolik, maka organisme induk tidak hanya mempertahankan kehidupannya tetapi harus juga memberi faktor-faktor esensial yang dipergunakan dalam sintesa jaringan baru dalam jumlah besar. Pemberian bahan makanan pada kehidupan prenatal diperoleh dalam 4 tahap. Pada tahap pertama, sel telur yang telah mengalami cleavage memperoleh makanannya dari deutoplasma-nya sendiri yang pada ternak hanya bersifat sementara. Pada tahap kedua, blastocyst menyerap cairan dan zat-zat makanan dari cairan luminal uterus. Pada tahap ketiga, nutisi histotrofik dibantu selama implantasi oleh sirkulasi vitallin didalam kantong kuning telur dan oleh sel – sel trophoblst. Cairan, lemak yang tidak tercerna, sisa-sisa jaringan dapat ditelan pada saat ini oleh phagocytosis. Sesudah pembentukan placentom, absorpsi zat - zat makanan terjadi oleh sirkulasi placenta, jalan utama pemberi makanan prenatal pada ternak mamalia.
a Mortalitas Embrional
Masa permulaan kebuntingan adalah tingkatan perkembangan yang paling kritis untuk ketahanan hidup embrio. Rata-rata dua pertiga dari seluruh kematian prenatal terjadi sebelum hari ke-25 masa kebuntingan.
Masa kebuntingan selama 111 samapi 117 hari atau rata - rata 114 hari adalah relatif konstan. Besar litter, umur induk atau kondisi-kondisi lingkungan hanya sedikit mempengaruhi lama kebuntingan. Akan tetapi, periode kebuntingan dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan genetik. Perbedaan lama kebutingan antar bangsa babi rata-rata 3 hari. Heretabilitas variasi periode kebuntingan pada babi-babi betina di dalam satu bangsa adalah sekitar 30 persen.
Kematian prenatal nampaknya naik dengan umur dan paritas, karena angka ovulasi ayng meninggi tidak diikiuti dengan perbaikan jumlah litter. Tingkatan energi dalam ransum nyata berhubungan dengan kelangsungan hidup embrio. Progresteron dan estrogen bertanggung jawab dalam menentukan pra-kondisi di dalam uterus.
b Diagnosa Kebuntingan
Karena rektum yang terlampau kecil, maka palpasi rektal tidak mungkin dilakukan. Metoda biopsi vaginal telah digunaklan dengan hasil yang cukup baik dalam diagnosa kebuntingan pada babi bunting diatas 20 hari (Praseto, 2001). Tidak adanaya estrus adalah satu-satunya cara yang praktis dalam penentuan kebuntingan pada babi karena uji biologik dan kimiawi yang memuaskan belum ditemukan dan kondisi anatomik yang tidak memungkinkan palpasi rektal. Akan tetapi berhentinya estrus tidak selalu berarti telah terjadi kebuntingan karena estrus dapat pula terjadi selama kebuntingan muda dan betina yang tidak bunting dapat juga tidak memperlihatkan estrus. Penentuan kadar estrogen di dalam urine pada minggu ke-3 sampai ke-4 masa kebuntingan sebagai kriterium kimiawi tentang adanya kebuntingan memberi hasil yang kurang memuaskan. Perubahan – perubahan hiologik pada epithel dan memperlihatkan adanya hanya 2 atau 3 lapis sel-sel epithel mungkin merupakan indikasi kebuntingan karena selama fase luteal atau fase folikelur siklus berahi terdapat 4 atau lebih lapisan sel-sel epithel.
c Besar litter
Babi adalah ternak yang sangat subur dibandingkan dengan ternak mamalia lainnya, tetapi efisiensi reproduksi tidak tinggi bila diukur dari potensi besar litter yang terwujud pada waktu partus. Penurunan efesiensi reproduksi terjadi pada semua tingkatan siklus reproduksi. Rata-rata 30 % ova gagal dalam perkembangannya menjadi embrio hidup pada hari ke-25 masa kebuntingan dan 15% embrio tidak dapat dipertahankan untuk lahir sebagai anak yang hidup. Besar litter sangat bervariasi menurut individu maupun menurut tiap masa kelahiran pada babi yang sama. Jelas hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Besar litter dipengaruhi pula oleh umur, paritas dan kesanggupan reproduksi setiap individu. Babi induk muda menghasilkan litter yang lebih besar dari pada babi dara. Makin sering melahirkan, makin tinggi pula besar litter.
Puncak peningkatan besar litter ini terjadi pada kelahiran ke-5 sampai ke-7, kemudian menurun lagi. Peningkatan angka kematian embrional mungkin merupakan sebab penurunan besar litter pada babi induk tua. Heritabilitas untuk besar liter hanya sebesar 15% yang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil superioritas orang tua diturunkan kepada anak-anaknya. Perbedaan antat bangsa berkisar antara 3 – 4 anak per litter. Inbreeding menurunkan dan crossbreeding meninggikan besar litter.
B. Kelahiran
Kelahiran atau partus adalah serentetan proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan placenta dari organisme induk pada akhir masa kebuntingan. Persiapan untuk partus meliputi perubahan–perubahan yang terkoordiner dalam tubuh induk dan foetus.
a Presentasi Foetus
Sebelum perejanan normal mulai berlangsung, foetus biasanya mengambil posisi di dalam uterus, khas untuk jenis hewan yang bersangkutan. Pada waktu partus, foetus didudukan sedemikian rupa supaya dapat dikeluarkan melalui saluran kelahiran dengan kesulitan seminimal mungkin. Sesaat sebelum perejanan, foetus berputar ke posisi tegak dengan hidung dan kaki depan mengarah ke caudal induk.
b Mekanisme Insiasi Kelahiran
Berbagai teori telah diajukan sebagai mekanisme pengatur atau penyebab kelahiran. Teori-teori tersebut dapat dikelompokkan dalam :
a) Mekanisme Stimulasi Mekanik
Pengembangan uterus karena foetus yang makin besar menyebabkan peninggian sensivitas oto-otot uterus terhadap estrogen dan oxytocin. Argumentasi teori ini berkIsar pada kenyataan bahwa foetas kembar lahir lebih cepat dari pada foetus tunggal, akan tetapi dua foetus dapat pula menghasilkan lebih banyak substansi penyebab kelahiran.
b) Mekanisme Imunologik
Keseluruhan masa kebuntingan selama 114 hari pada babi mungkin diperlukan untuk mengembangkan respons imunologik terhadap foetus yang dianggap asing karena adanya kontribusi faktor parental.
c) Mekanisme Hormonal
Menurut teori ini partus diinduksi dengan peningkatan kadar hormon estrogen atau oxytocin atau penurunan kadar progrestron dalam sirkulasi darah induk. Kadar progresteron memang menurun dan kadar estrogen meninggi pada akhir masa kebuntingan. Hal ini mungkin menggertak pelepasan oxytocin dari neurohypophysa dan menyebabkan kelahiran. Kemungkinan lain ialah gerakan dan dilatasi Cervix dan vagina cerara refleks menstimuler pelepasan oxytocin.
d) Mekanisme Pengontrolan Foetal
Poros hypothalamus-hypophysa adrenal pada foetus dinyatakan menginduksikan kelahiran pada domba dan ticosteroid ( Liggins at al., dikutip dari Toelihere, 1993). Kadar corticosteroid foetal yang terdapat sangat tinggi sesaat sebelum permulaan proses kelahiran dan induksi partus dengan penyuntikkan hormon adrenocorticotropik.
c. Tingkatan Perejanan
Proses kelahiran normal dapat dibagi atas tiga stadium:
Staduim Pertama : Staduim Persiapan
Sebelum stadium persiapan, uterus relatif tenang dan cadangan energi yang tersedia ditimbun sampai sangat banyak. Menjelang akhir kebuntingan actomyocin, protein kontraktil otot, juga mulai menjadi banyak dan kualitasnya menjadi lebih baik. Jadi uterus telah mempersiapkan perseiaan protein dan energi yang diperlukan untuk pengeluaran foetus.
Stdium persiapan ditandai oleh dilatasi Cervix dan kontraksi ritmik otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Gerakan ekspulsi ditunjukkan ke arah Cervix. Permulaan timbulnya kontraksi ini memaksa cairan dan membran foetus terdesak ke Cervix yang mengendor dan menyebabkan dilatasi.
Pada permulaan stadium ini, kontrkasi terjadi secara periodik kurang lebih 15 menit dan bertahan selama kira-kira 20 detik, akan tetapi makin lama kontraksi makin bertambah dalam frekuensi, kekuatan dan kelangsungannya sampai pada akhirnya terjadi setiap beberapa menit. Setiap gangguan terhadap betina yang melahirkan dapat menghambat kontraksi sehingga menmperlambat atau menghambat kelahiran. Pada akhir stadium persiapan Cervix mengembang dan memungkinkan uterus dan vagina menjadi satu saluran kontinue. Foetus dan chrioallantois dipaksa masuk ke pintu dalam pelvis dimana chrioallantois pecah dan menyebabkan cairan allantois mengalir ke luar melalui vulva. Stadium pertama segera diilkuti oleh stadium ke dua. Setiap perpanjangan stadium pertama menunjukkan adanya kesulitan presentasi foetus.
Stadium ke dua : Pengeluaran Foetus.
Ammion yang terbentang bersama kepala dan bagian kaki depan didorong masuk ke pintu dalam pelvis. Keadaan ini menimbulkan kontraksi refleks dan volunter dari diaphragma dan otot-otot perut. Kaki-kaki foetus di dalam volunter kini terlihat melalui vulva. Perjalanan foetus ke luar melalui Cervix ke vagina bersama pecahnya kantong amnion menimbulkan kontraksi-kontraksi refleks yang mendorong foetus ke luar melalui saluran kelahiran. Babi mempunyai placenta difusa, kebanyakan hubungan placental dirombak segera sesudah timbulnya stadium persiapan pertama. Sudah seharusnyalah stadium kedua berlangsung lebih cepat atu foetus akan mati lemas.
Stadium ke tiga : Stadium Pengeluaran Placenta
Ekspulsi membran foetus adalah suatu proses aktif yang berhubungan dengan kontraksi uterus. Kontraksi periskaltik yang berasal dari apex uteri menyebabkan inversi chorioallantois yang memperlancar ekspulsinya. Pelonggaran villi chorional dari crypta carunculae maternal oleh kontraksi uterus yag kuat yang terjadi selama pengeluaran foetus. Babi sendiri setiap placenta betaut pada foetus dan menyelubunginya sewaktu partus.
Stadium ke empat : Stadium Inovolusi Uterus
Sesudah pengeluaran foetus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya yang normal seperti sebelum bunting. Proses ini dinamakan “inovolusi uterus” dan dapat secara logik dianggap sebagai stadium ke empat proses kelahiran. Untuk beberapa minggu sesudah patrus, kontraksi uterus terjadi lebih sering dari pada normal, kira-kira satu kontraksi setiap 3 menit selama hari pertama. Selama 3 – 4 hari berikutnya kontraksi uterus berkurang secara gradual sampai satu kontraksi setiap 10 – 12 menit. Maksud kontraksi ini aalah untuk memperpendek sel-sel uterus yang memanjang. Sesudah kurang lebih 45 menit caruncule kembali ke ukurannya semula dan ephitel uterus kembali terbentuk.
Selama proses evolusi mamalia, telah terjadi perubahan-perubahan anatomik, endokrinologik dan fisiologik yang jelas. Diantara yang lebih nyata adalah; ekonomi produksi gamet-gamet, pembuahan di dalam tubuh, perkembangan corpus luteum sebagai organ endokrin sementara perkembangan placenta sebagai suatu organ nutritif, eksetoris, endokrin dan protetektif. Pengaruh utama adalah untuk menjamin kelanjutan hidup hewan.
Sesudah proses fertilisasi, dimulailah masa kebuntingan yang diakhiri pada waktu kelahiran. Lama kebuntingan ditentukan secara genetik walaupun dapat dimodifiser oleh faktor-faktor maternal yaitu umur induk yang mempengaruhi lama kebuntingan, faktor feotal yaitu suatu hubungan terbalik antara lama kebuntingan dan besar “litter” dll.
Pembentukan placenta selama masa kebuntingan bertambah besar melalui proliferasi aktif dari sel-sel trophoblast. Selama pertengahan kebuntingan placenta mencapai ukurannya yang hampir maksimum, yang bertepatan dengan pertumbuhan cepat feotus dan sesudah itu akan menetap relatif konstan. Untuk memungkinkan terjadinya pertukaran fisiologik secara maksimal, daerah permukaan placenta diperluas baik oleh pelipatan komponen - komponennya atau oleh pertautan intim antara villi chorion dengan crypta endometrium seperti pada ruminanansia.
Tiga fungsi utama placenta adalah: pengangkutam, penyimpanan dan biosintesa. Oleh karena kebuntingan terutama merupakan suatu proses anabolik, maka organisme induk tidak hanya mempertahankan kehidupannya tetapi harus juga memberi faktor-faktor esensial yang dipergunakan dalam sintesa jaringan baru dalam jumlah besar. Pemberian bahan makanan pada kehidupan prenatal diperoleh dalam 4 tahap. Pada tahap pertama, sel telur yang telah mengalami cleavage memperoleh makanannya dari deutoplasma-nya sendiri yang pada ternak hanya bersifat sementara. Pada tahap kedua, blastocyst menyerap cairan dan zat-zat makanan dari cairan luminal uterus. Pada tahap ketiga, nutisi histotrofik dibantu selama implantasi oleh sirkulasi vitallin didalam kantong kuning telur dan oleh sel – sel trophoblst. Cairan, lemak yang tidak tercerna, sisa-sisa jaringan dapat ditelan pada saat ini oleh phagocytosis. Sesudah pembentukan placentom, absorpsi zat - zat makanan terjadi oleh sirkulasi placenta, jalan utama pemberi makanan prenatal pada ternak mamalia.
a Mortalitas Embrional
Masa permulaan kebuntingan adalah tingkatan perkembangan yang paling kritis untuk ketahanan hidup embrio. Rata-rata dua pertiga dari seluruh kematian prenatal terjadi sebelum hari ke-25 masa kebuntingan.
Masa kebuntingan selama 111 samapi 117 hari atau rata - rata 114 hari adalah relatif konstan. Besar litter, umur induk atau kondisi-kondisi lingkungan hanya sedikit mempengaruhi lama kebuntingan. Akan tetapi, periode kebuntingan dipengaruhi oleh perbedaan-perbedaan genetik. Perbedaan lama kebutingan antar bangsa babi rata-rata 3 hari. Heretabilitas variasi periode kebuntingan pada babi-babi betina di dalam satu bangsa adalah sekitar 30 persen.
Kematian prenatal nampaknya naik dengan umur dan paritas, karena angka ovulasi ayng meninggi tidak diikiuti dengan perbaikan jumlah litter. Tingkatan energi dalam ransum nyata berhubungan dengan kelangsungan hidup embrio. Progresteron dan estrogen bertanggung jawab dalam menentukan pra-kondisi di dalam uterus.
b Diagnosa Kebuntingan
Karena rektum yang terlampau kecil, maka palpasi rektal tidak mungkin dilakukan. Metoda biopsi vaginal telah digunaklan dengan hasil yang cukup baik dalam diagnosa kebuntingan pada babi bunting diatas 20 hari (Praseto, 2001). Tidak adanaya estrus adalah satu-satunya cara yang praktis dalam penentuan kebuntingan pada babi karena uji biologik dan kimiawi yang memuaskan belum ditemukan dan kondisi anatomik yang tidak memungkinkan palpasi rektal. Akan tetapi berhentinya estrus tidak selalu berarti telah terjadi kebuntingan karena estrus dapat pula terjadi selama kebuntingan muda dan betina yang tidak bunting dapat juga tidak memperlihatkan estrus. Penentuan kadar estrogen di dalam urine pada minggu ke-3 sampai ke-4 masa kebuntingan sebagai kriterium kimiawi tentang adanya kebuntingan memberi hasil yang kurang memuaskan. Perubahan – perubahan hiologik pada epithel dan memperlihatkan adanya hanya 2 atau 3 lapis sel-sel epithel mungkin merupakan indikasi kebuntingan karena selama fase luteal atau fase folikelur siklus berahi terdapat 4 atau lebih lapisan sel-sel epithel.
c Besar litter
Babi adalah ternak yang sangat subur dibandingkan dengan ternak mamalia lainnya, tetapi efisiensi reproduksi tidak tinggi bila diukur dari potensi besar litter yang terwujud pada waktu partus. Penurunan efesiensi reproduksi terjadi pada semua tingkatan siklus reproduksi. Rata-rata 30 % ova gagal dalam perkembangannya menjadi embrio hidup pada hari ke-25 masa kebuntingan dan 15% embrio tidak dapat dipertahankan untuk lahir sebagai anak yang hidup. Besar litter sangat bervariasi menurut individu maupun menurut tiap masa kelahiran pada babi yang sama. Jelas hal ini dipengaruhi oleh kondisi lingkungan. Besar litter dipengaruhi pula oleh umur, paritas dan kesanggupan reproduksi setiap individu. Babi induk muda menghasilkan litter yang lebih besar dari pada babi dara. Makin sering melahirkan, makin tinggi pula besar litter.
Puncak peningkatan besar litter ini terjadi pada kelahiran ke-5 sampai ke-7, kemudian menurun lagi. Peningkatan angka kematian embrional mungkin merupakan sebab penurunan besar litter pada babi induk tua. Heritabilitas untuk besar liter hanya sebesar 15% yang menunjukkan bahwa hanya sebagian kecil superioritas orang tua diturunkan kepada anak-anaknya. Perbedaan antat bangsa berkisar antara 3 – 4 anak per litter. Inbreeding menurunkan dan crossbreeding meninggikan besar litter.
B. Kelahiran
Kelahiran atau partus adalah serentetan proses-proses fisiologik yang berhubungan dengan pengeluaran anak dan placenta dari organisme induk pada akhir masa kebuntingan. Persiapan untuk partus meliputi perubahan–perubahan yang terkoordiner dalam tubuh induk dan foetus.
a Presentasi Foetus
Sebelum perejanan normal mulai berlangsung, foetus biasanya mengambil posisi di dalam uterus, khas untuk jenis hewan yang bersangkutan. Pada waktu partus, foetus didudukan sedemikian rupa supaya dapat dikeluarkan melalui saluran kelahiran dengan kesulitan seminimal mungkin. Sesaat sebelum perejanan, foetus berputar ke posisi tegak dengan hidung dan kaki depan mengarah ke caudal induk.
b Mekanisme Insiasi Kelahiran
Berbagai teori telah diajukan sebagai mekanisme pengatur atau penyebab kelahiran. Teori-teori tersebut dapat dikelompokkan dalam :
a) Mekanisme Stimulasi Mekanik
Pengembangan uterus karena foetus yang makin besar menyebabkan peninggian sensivitas oto-otot uterus terhadap estrogen dan oxytocin. Argumentasi teori ini berkIsar pada kenyataan bahwa foetas kembar lahir lebih cepat dari pada foetus tunggal, akan tetapi dua foetus dapat pula menghasilkan lebih banyak substansi penyebab kelahiran.
b) Mekanisme Imunologik
Keseluruhan masa kebuntingan selama 114 hari pada babi mungkin diperlukan untuk mengembangkan respons imunologik terhadap foetus yang dianggap asing karena adanya kontribusi faktor parental.
c) Mekanisme Hormonal
Menurut teori ini partus diinduksi dengan peningkatan kadar hormon estrogen atau oxytocin atau penurunan kadar progrestron dalam sirkulasi darah induk. Kadar progresteron memang menurun dan kadar estrogen meninggi pada akhir masa kebuntingan. Hal ini mungkin menggertak pelepasan oxytocin dari neurohypophysa dan menyebabkan kelahiran. Kemungkinan lain ialah gerakan dan dilatasi Cervix dan vagina cerara refleks menstimuler pelepasan oxytocin.
d) Mekanisme Pengontrolan Foetal
Poros hypothalamus-hypophysa adrenal pada foetus dinyatakan menginduksikan kelahiran pada domba dan ticosteroid ( Liggins at al., dikutip dari Toelihere, 1993). Kadar corticosteroid foetal yang terdapat sangat tinggi sesaat sebelum permulaan proses kelahiran dan induksi partus dengan penyuntikkan hormon adrenocorticotropik.
c. Tingkatan Perejanan
Proses kelahiran normal dapat dibagi atas tiga stadium:
Staduim Pertama : Staduim Persiapan
Sebelum stadium persiapan, uterus relatif tenang dan cadangan energi yang tersedia ditimbun sampai sangat banyak. Menjelang akhir kebuntingan actomyocin, protein kontraktil otot, juga mulai menjadi banyak dan kualitasnya menjadi lebih baik. Jadi uterus telah mempersiapkan perseiaan protein dan energi yang diperlukan untuk pengeluaran foetus.
Stdium persiapan ditandai oleh dilatasi Cervix dan kontraksi ritmik otot-otot uterus longitudinal dan sirkuler. Gerakan ekspulsi ditunjukkan ke arah Cervix. Permulaan timbulnya kontraksi ini memaksa cairan dan membran foetus terdesak ke Cervix yang mengendor dan menyebabkan dilatasi.
Pada permulaan stadium ini, kontrkasi terjadi secara periodik kurang lebih 15 menit dan bertahan selama kira-kira 20 detik, akan tetapi makin lama kontraksi makin bertambah dalam frekuensi, kekuatan dan kelangsungannya sampai pada akhirnya terjadi setiap beberapa menit. Setiap gangguan terhadap betina yang melahirkan dapat menghambat kontraksi sehingga menmperlambat atau menghambat kelahiran. Pada akhir stadium persiapan Cervix mengembang dan memungkinkan uterus dan vagina menjadi satu saluran kontinue. Foetus dan chrioallantois dipaksa masuk ke pintu dalam pelvis dimana chrioallantois pecah dan menyebabkan cairan allantois mengalir ke luar melalui vulva. Stadium pertama segera diilkuti oleh stadium ke dua. Setiap perpanjangan stadium pertama menunjukkan adanya kesulitan presentasi foetus.
Stadium ke dua : Pengeluaran Foetus.
Ammion yang terbentang bersama kepala dan bagian kaki depan didorong masuk ke pintu dalam pelvis. Keadaan ini menimbulkan kontraksi refleks dan volunter dari diaphragma dan otot-otot perut. Kaki-kaki foetus di dalam volunter kini terlihat melalui vulva. Perjalanan foetus ke luar melalui Cervix ke vagina bersama pecahnya kantong amnion menimbulkan kontraksi-kontraksi refleks yang mendorong foetus ke luar melalui saluran kelahiran. Babi mempunyai placenta difusa, kebanyakan hubungan placental dirombak segera sesudah timbulnya stadium persiapan pertama. Sudah seharusnyalah stadium kedua berlangsung lebih cepat atu foetus akan mati lemas.
Stadium ke tiga : Stadium Pengeluaran Placenta
Ekspulsi membran foetus adalah suatu proses aktif yang berhubungan dengan kontraksi uterus. Kontraksi periskaltik yang berasal dari apex uteri menyebabkan inversi chorioallantois yang memperlancar ekspulsinya. Pelonggaran villi chorional dari crypta carunculae maternal oleh kontraksi uterus yag kuat yang terjadi selama pengeluaran foetus. Babi sendiri setiap placenta betaut pada foetus dan menyelubunginya sewaktu partus.
Stadium ke empat : Stadium Inovolusi Uterus
Sesudah pengeluaran foetus dan placenta, uterus kembali ke ukurannya yang normal seperti sebelum bunting. Proses ini dinamakan “inovolusi uterus” dan dapat secara logik dianggap sebagai stadium ke empat proses kelahiran. Untuk beberapa minggu sesudah patrus, kontraksi uterus terjadi lebih sering dari pada normal, kira-kira satu kontraksi setiap 3 menit selama hari pertama. Selama 3 – 4 hari berikutnya kontraksi uterus berkurang secara gradual sampai satu kontraksi setiap 10 – 12 menit. Maksud kontraksi ini aalah untuk memperpendek sel-sel uterus yang memanjang. Sesudah kurang lebih 45 menit caruncule kembali ke ukurannya semula dan ephitel uterus kembali terbentuk.
Category: Kebuntingan dan Kelahiran pada Babi
Babi saya dikawinkan tgl 12-10-2019...
ReplyDeleteSampai saat ini blm lahiran. Mohon pencerahannya.
Apakah ada juga babi yang lambat melahirkan sampai 4 bulan?
ReplyDelete