Birahi dan Ovulasi pada Babi
1. Pubertas
Jantan spermatocyt primer perama kali terbentuk di dalam testes pada umur kira-kira 3 bulan, spermatocyt sekunder paa 4-5 bulan dan sperma pada umur 5-6 bulan. Berat pada waktu pubertas tergantung pada tingkatan makanan pada umur sebelumnya, akan tetapi umur pada waktu pubertas, produksi sperma tidak nyata dipengaruhi oleh pemberian pakan yang terbatas. Demikian pula, musim tidak begitu mempengaruhi umur pada waktu pubertas. Bagi jantan muda sebaiknya dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini hewan betina.
Penis babi mirip penis sapi tetapi flexura sigmoideanya terletak praescrotal. Bagian carnial penis tidak mempunyai glans tetapi berputar seperti spiral ke arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Panjang penis 45 - 55 cm dan pada waktu kopulasi sepanjang 20 – 35 cm bagian penis tersembul keluar dari mulut praeputium. Praeputium mempunyai orificulum yang sempit dengan bulu-bulu yang kaku. Pada dinding dorsal cavum praeputii ada pintu ke suatu kantong yang lonjong, diverticulum praeputii. Kantong praeputium mengandung campuran urine yan telah terurai dan sel-sel epithel yang rusak dan mempunyai bau yang tidak enak dan khas babi jantan. Bau tersebut menyolok dan dapat masuk ke dalam daging sehingga dapat merusak rasa dagingnya.
Betina. Ovaria pada babi dara menunjukkan aktivitas sel epithel kecambah beberapa minggu sebelum permulaan pubertas. Folikel-folikel de Graaf mulai nampak di dalam ovarium pada umur 7 minggu dan folikel yang mengandung antrum muncul pada umur 15 minggu (Casida dikutip dari Toelihere, 1993.). Pada babi ovarium berbentuk lonjong, berat 3,0 – 7,0 gram. Tetapi berbentuk bagaikan setangkai buah anggur karena banyaknya folikel dan atau corpora lutea. Folikel babi secara normal berdiameter 8,0 – 12,0 mm dan corpora lutea kurang lebih 10,0 - 15,0 mm. Lokasi ovaria pada babi kira-kira sama dengan pada sapi. Karena ligamentum lata yang panjang, lokasi ovarium di dalam rongga perut pada babi-babi betina tua sangat bervariasi. Ovaria babi hampir seluruhnya ditutup di dalam bursa ovarii oleh mesosalpinx.
Pubertas terjaadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari folikel-folikel dan pembentukan hormon-hormon ovarial oleh folikel yang matang. Kadar dan keseimbangan hormom-hormon tersebut yang perlu untuk menimbulkan kematangan kelamin pada babi dara belum jelas diketahui.
Pembatasan tingkatan energi di dalam ransum sampai dua pertiga dari ransum sempurna tidak mempengaruhi umur pubertas, sama seperti pada babi yang terlampau gemuk. Seekor babi betina pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur rata-rata yang dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan.
2. Berahi
Pada babi tergolong hewan yang mempunyai siklus reproduksi yang terus menerus sepanjang tahun apabila tidak terjadi kebuntingan atau juga disebut contineous breeders. Sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi telah dimulai, estrus terjadi pada hewan betina tidak bunting menurut suatu siklus ritmik yang khas. Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permualan periode berahi berikutnya dikenai sebagai suatu siklus berahi. Interval-interval ini desertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina.
a. Siklus Berahi
Siklus berahi pada babi mencapai 19-23 hari, rata-rata 21 hari dan relatif konstan. Estrus terjadi sepanjang tahun. Perubahan-perubahan suhu dan musim tidak mempengaruhi berahi dan siklus berahi. Gangguan endokrin dan perubahan patologik pada organ kelamin betina sering mengakibatkan bertambah panjangnya siklus berahi. Corpora lutea bertumbuh sempurna dalam waktu 6-8 hari dan kalau hewan tidak bunting, beregresi kembali pada hari ke-14 samapi hari ke-16 siklus berahi. Perubahan regresif terjadi sangat cepat dan corpora albicantia terbentuk pada hari ke-17 sampai hari ke-18 siklus berahi.
Walaupun tiap spesies mempunyai ciri-ciri khas dari pola siklus berahinya, namun pada dasarnya adalah sama. Siklus berahi umumnya dibagi atas 4 fase atau periode yaitu proestrus, estrus, matestrus / postestrus dan diestrus.
b. Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel de Graaf bertumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah. Sistem reproduksi memulai persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Folikel tergantung pada spesies, mengembang dan diisi dengan cairan folikuler. Setiap folikel bertumbuh cepat selama 2 atau 3 hari sebelum estrus. Pada periode ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel-sel dan lapisan bercilia pada tuba Falopii, dalam vaskularisasi mocusa uteri dan dalam tebal dan vaskularisasi ephythel vagina. Vulva menjadi sangat oedematous dan membengkak. Cervix mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mensekresikan mucus yang tebal dan berlendir dari sel-sel gobet pada Cervix dan vagina anterior dan dari kelenjar-kelenjar uterus. Pada akhir periode proestrus hewan betina biasanya memperlihatkan perhatiannya pada hewan jantan.
span style="font-weight: bold; font-style: italic;">c. Estrus
Adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode ini pada umumnya hewan betina akan mencari dan menerima pejantan untuk berkopulasi. Folikel de Graaf membesar dan menjadi matang. Ovum mengalami perubahan-perubahan ke arah pematangan. Sekresi cairan tuba bertambah. Uterus berereksi, tegang dan pada beberapa spesies oedamatous. Suplai darah ke uterus bertambah mucosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan. Lendir Cervix dan vagina bertambah. Mucusa berwarna merah jambu dan terjadi kongesti karena vaskularisasi yang bertambah. Cervix mengendor dan agak oedematous. Mucosa vagina sangat menebal dan pada beberapa spesies banyak sel-sel epithel berkornnifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematous dan terlihat jelas sekali.
Berahi pada babi berlangsung 2-3 hari dengan variasi antara 1-4 hari. Suatu batasan yang nyata antara permulaan dan akhir estrus sulit ditentukan karena estrus adalah fenomena yang berlangsung gradual. Babi betina yang berahi memperlihatkan suatu respons diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya baik oleh pejantan, oleh betina lain atau penunggu ternak. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan berahi tetapi juga tingkatan berahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode berahi.
Bangsa, paritas dan gangguan hormonal mempengaruhi lamanya berahi. Babi dara sering tidak memperlihatkan estrus lebih dari satu hari, sedangkan babi yang sudah sering beranak umumnya menunjukkan berahi selama dua hari atau lebih dan rata-rata periode estrus adalah 12-18 jam lebih lama pada babi induk dari pada babi dara. Ovaria yang cystik adalah satu contoh gangguan hormonal yang akan menghambat ekspresi gejala-gejala berahi yang normal.
d. Matestrus atau Postestrus
Adalah periode segera sesudah estrus dimana corpus luteum bertumbuh cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Matestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progresteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Lamanya matestrus kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan ova untuk mencapai uterus yaitu kira-kira 3 – 4 hari.
e. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus berahi pada ternak mamalia. Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progresteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Endometrium lebih tebal dan kelenjar-kelenjar berhypertrophy. Cervix menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mocusa vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini Corpus luteum memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vaculisasi secara gradual. Endrometrium dan kelenjar-kelenjarnya berhypertrophy atau beregresi ke ukuran semula. Mulai terjadi perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus. Anestrus yang fisiologik umumnya ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus normal akan diikuti oleh proestrus.
Anestrus selama laktasi disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormon gonadotropin dari hypophysa dan rendahnya sensitivitas ovarium terhadap gonadotropin. Estrus akan terlihat sesudah penghentian produksi susu. Akan tetapi, penyapihan kapan saja selama masa laktasi akan menimbulkan estrus. Kurang jelas apakah penghentian produksi susu, penyingkiran rangsangan menyusu atau faktor – faktor lain sehubungan dengan penyapihan menyebabkan dimulai kembali siklus berahi
Corpora lutea kebuntingan beregresi sesudah patrus dan regresi tesebut terjadi sempurna selama minggu pertama periode post-partum. Penurunan aktivitas folikuler ovarium terjadi dalam minggu tersebut. Kejadian ini diikuti kemudian dengan kenaikan ukuran folikel tesebut tidak mencapai ukuran dewasanya sampai sesudah penyapihan.
Birahi sesudah penyapihan biasannya terjadi 3-8 hari sesudah penyapihan, apabila anank-anak babi dipisahkan 6-8 minggu sesudah patrus. Interval ke estrus sesudah penyapihan dini, 2-3 minggu sesudah patrus, adalah lebih lama dan lebih bervariasi.
3. Ovulasi
Ovulasi dapat didefinisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel de Graaf. Jumlah telur yang diovulasikan oleh kedua ovaria pada satu estrus (ovulation rate) berbeda-beda menurut jenis hewannya. Pada babi terjadi selama estrus pada babi betina dan sebagian besar ova dilepaskan 38 - 42 jam sesudah permulaan estrus. Lama proses ovulasi adalah 3,8 jam. Ovulasi terjaadi kira-kira 4 jam lebih cepat pada betina yang sudah dikawinkan dibandingkan dengan pada betina yang belum kawin (Signoret et al., dikutip dari Toelihere, 1993).
Babi betina adalah hewan polytocus dan angka ovulasi (ovulation rate) berkisar antara 10 sampai 20 ova pada setiap periode berahi. Paritas, umur, tingkatan makanan dan bangsa babi menentukan angka ovulasi. Babi dara mengovulasikan lebih sedikit ova dari pada babi induk dan jumlah ova yang diovulasikan makin meninggi dengan setiap estrus. Rata-rata peningkatan dari estrus pertama ke estrus kedua adalah sekitar 2 ova. Pemberian ransum berenergi tinggi dan peningkatan kosumsi energi dengan pemberian glucosa atau lemak juga memberi efek flushing pada babi betina. Modus operandi tingkatan makanan terhadap angka ovulasi mungkin berupa suatu pengaruh langsung terhadap perkembangan folikel atau secara tidak langsung melalui peningkatan pelepasan gonadotropin.
Jantan spermatocyt primer perama kali terbentuk di dalam testes pada umur kira-kira 3 bulan, spermatocyt sekunder paa 4-5 bulan dan sperma pada umur 5-6 bulan. Berat pada waktu pubertas tergantung pada tingkatan makanan pada umur sebelumnya, akan tetapi umur pada waktu pubertas, produksi sperma tidak nyata dipengaruhi oleh pemberian pakan yang terbatas. Demikian pula, musim tidak begitu mempengaruhi umur pada waktu pubertas. Bagi jantan muda sebaiknya dibiarkan mencapai umur 8-9 bulan sebelum dipakai untuk mengawini hewan betina.
Penis babi mirip penis sapi tetapi flexura sigmoideanya terletak praescrotal. Bagian carnial penis tidak mempunyai glans tetapi berputar seperti spiral ke arah yang berlawanan dengan arah jarum jam. Panjang penis 45 - 55 cm dan pada waktu kopulasi sepanjang 20 – 35 cm bagian penis tersembul keluar dari mulut praeputium. Praeputium mempunyai orificulum yang sempit dengan bulu-bulu yang kaku. Pada dinding dorsal cavum praeputii ada pintu ke suatu kantong yang lonjong, diverticulum praeputii. Kantong praeputium mengandung campuran urine yan telah terurai dan sel-sel epithel yang rusak dan mempunyai bau yang tidak enak dan khas babi jantan. Bau tersebut menyolok dan dapat masuk ke dalam daging sehingga dapat merusak rasa dagingnya.
Betina. Ovaria pada babi dara menunjukkan aktivitas sel epithel kecambah beberapa minggu sebelum permulaan pubertas. Folikel-folikel de Graaf mulai nampak di dalam ovarium pada umur 7 minggu dan folikel yang mengandung antrum muncul pada umur 15 minggu (Casida dikutip dari Toelihere, 1993.). Pada babi ovarium berbentuk lonjong, berat 3,0 – 7,0 gram. Tetapi berbentuk bagaikan setangkai buah anggur karena banyaknya folikel dan atau corpora lutea. Folikel babi secara normal berdiameter 8,0 – 12,0 mm dan corpora lutea kurang lebih 10,0 - 15,0 mm. Lokasi ovaria pada babi kira-kira sama dengan pada sapi. Karena ligamentum lata yang panjang, lokasi ovarium di dalam rongga perut pada babi-babi betina tua sangat bervariasi. Ovaria babi hampir seluruhnya ditutup di dalam bursa ovarii oleh mesosalpinx.
Pubertas terjaadi sebagai akibat pertumbuhan dan perkembangan lebih lanjut dari folikel-folikel dan pembentukan hormon-hormon ovarial oleh folikel yang matang. Kadar dan keseimbangan hormom-hormon tersebut yang perlu untuk menimbulkan kematangan kelamin pada babi dara belum jelas diketahui.
Pembatasan tingkatan energi di dalam ransum sampai dua pertiga dari ransum sempurna tidak mempengaruhi umur pubertas, sama seperti pada babi yang terlampau gemuk. Seekor babi betina pubertas pada umur 5-8 bulan dan umur rata-rata yang dianjurkan untuk perkawinan pertama adalah 8-10 bulan.
2. Berahi
Pada babi tergolong hewan yang mempunyai siklus reproduksi yang terus menerus sepanjang tahun apabila tidak terjadi kebuntingan atau juga disebut contineous breeders. Sekali pubertas telah tercapai dan musim reproduksi telah dimulai, estrus terjadi pada hewan betina tidak bunting menurut suatu siklus ritmik yang khas. Interval antara timbulnya satu periode berahi ke permualan periode berahi berikutnya dikenai sebagai suatu siklus berahi. Interval-interval ini desertai oleh suatu seri perubahan-perubahan fisiologik di dalam saluran kelamin betina.
a. Siklus Berahi
Siklus berahi pada babi mencapai 19-23 hari, rata-rata 21 hari dan relatif konstan. Estrus terjadi sepanjang tahun. Perubahan-perubahan suhu dan musim tidak mempengaruhi berahi dan siklus berahi. Gangguan endokrin dan perubahan patologik pada organ kelamin betina sering mengakibatkan bertambah panjangnya siklus berahi. Corpora lutea bertumbuh sempurna dalam waktu 6-8 hari dan kalau hewan tidak bunting, beregresi kembali pada hari ke-14 samapi hari ke-16 siklus berahi. Perubahan regresif terjadi sangat cepat dan corpora albicantia terbentuk pada hari ke-17 sampai hari ke-18 siklus berahi.
Walaupun tiap spesies mempunyai ciri-ciri khas dari pola siklus berahinya, namun pada dasarnya adalah sama. Siklus berahi umumnya dibagi atas 4 fase atau periode yaitu proestrus, estrus, matestrus / postestrus dan diestrus.
b. Proestrus
Proestrus adalah fase sebelum estrus yaitu periode dimana folikel de Graaf bertumbuh di bawah pengaruh FSH dan menghasilkan sejumlah estradiol yang makin bertambah. Sistem reproduksi memulai persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Folikel tergantung pada spesies, mengembang dan diisi dengan cairan folikuler. Setiap folikel bertumbuh cepat selama 2 atau 3 hari sebelum estrus. Pada periode ini terjadi peningkatan dalam pertumbuhan sel-sel dan lapisan bercilia pada tuba Falopii, dalam vaskularisasi mocusa uteri dan dalam tebal dan vaskularisasi ephythel vagina. Vulva menjadi sangat oedematous dan membengkak. Cervix mengalami relaksasi gradual dan makin banyak mensekresikan mucus yang tebal dan berlendir dari sel-sel gobet pada Cervix dan vagina anterior dan dari kelenjar-kelenjar uterus. Pada akhir periode proestrus hewan betina biasanya memperlihatkan perhatiannya pada hewan jantan.
span style="font-weight: bold; font-style: italic;">c. Estrus
Adalah periode yang ditandai oleh keinginan kelamin dan penerimaan pejantan oleh hewan betina. Selama periode ini pada umumnya hewan betina akan mencari dan menerima pejantan untuk berkopulasi. Folikel de Graaf membesar dan menjadi matang. Ovum mengalami perubahan-perubahan ke arah pematangan. Sekresi cairan tuba bertambah. Uterus berereksi, tegang dan pada beberapa spesies oedamatous. Suplai darah ke uterus bertambah mucosa tumbuh dengan cepat dan lendir disekresikan. Lendir Cervix dan vagina bertambah. Mucusa berwarna merah jambu dan terjadi kongesti karena vaskularisasi yang bertambah. Cervix mengendor dan agak oedematous. Mucosa vagina sangat menebal dan pada beberapa spesies banyak sel-sel epithel berkornnifikasi tanggal. Vulva mengendor dan oedematous dan terlihat jelas sekali.
Berahi pada babi berlangsung 2-3 hari dengan variasi antara 1-4 hari. Suatu batasan yang nyata antara permulaan dan akhir estrus sulit ditentukan karena estrus adalah fenomena yang berlangsung gradual. Babi betina yang berahi memperlihatkan suatu respons diam atau sikap kawin yang jelas apabila ditekan punggungnya baik oleh pejantan, oleh betina lain atau penunggu ternak. Respon ini sangat bermanfaat dalam deteksi bukan saja permulaan berahi tetapi juga tingkatan berahi karena suatu sikap yang lebih tenang dan kaku diperlihatkan selama pertengahan periode berahi.
Bangsa, paritas dan gangguan hormonal mempengaruhi lamanya berahi. Babi dara sering tidak memperlihatkan estrus lebih dari satu hari, sedangkan babi yang sudah sering beranak umumnya menunjukkan berahi selama dua hari atau lebih dan rata-rata periode estrus adalah 12-18 jam lebih lama pada babi induk dari pada babi dara. Ovaria yang cystik adalah satu contoh gangguan hormonal yang akan menghambat ekspresi gejala-gejala berahi yang normal.
d. Matestrus atau Postestrus
Adalah periode segera sesudah estrus dimana corpus luteum bertumbuh cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah pecah di bawah pengaruh LH. Matestrus sebagian besar berada di bawah pengaruh progresteron yang dihasilkan oleh corpus luteum. Lamanya matestrus kurang lebih sama dengan waktu yang diperlukan ova untuk mencapai uterus yaitu kira-kira 3 – 4 hari.
e. Diestrus
Diestrus adalah periode terakhir dan terlama siklus berahi pada ternak mamalia. Corpus luteum menjadi matang dan pengaruh progresteron terhadap saluran reproduksi menjadi nyata. Endometrium lebih tebal dan kelenjar-kelenjar berhypertrophy. Cervix menutup dan lendir vagina mulai kabur dan lengket. Selaput mocusa vagina pucat dan otot uterus mengendor. Pada akhir periode ini Corpus luteum memperlihatkan perubahan-perubahan retrogresif dan vaculisasi secara gradual. Endrometrium dan kelenjar-kelenjarnya berhypertrophy atau beregresi ke ukuran semula. Mulai terjadi perkembangan folikel-folikel primer dan sekunder dan akhirnya kembali ke proestrus. Anestrus yang fisiologik umumnya ditandai oleh ovarium dan saluran kelamin yang tenang dan tidak berfungsi. Anestrus normal akan diikuti oleh proestrus.
Anestrus selama laktasi disebabkan oleh kegagalan pelepasan hormon gonadotropin dari hypophysa dan rendahnya sensitivitas ovarium terhadap gonadotropin. Estrus akan terlihat sesudah penghentian produksi susu. Akan tetapi, penyapihan kapan saja selama masa laktasi akan menimbulkan estrus. Kurang jelas apakah penghentian produksi susu, penyingkiran rangsangan menyusu atau faktor – faktor lain sehubungan dengan penyapihan menyebabkan dimulai kembali siklus berahi
Corpora lutea kebuntingan beregresi sesudah patrus dan regresi tesebut terjadi sempurna selama minggu pertama periode post-partum. Penurunan aktivitas folikuler ovarium terjadi dalam minggu tersebut. Kejadian ini diikuti kemudian dengan kenaikan ukuran folikel tesebut tidak mencapai ukuran dewasanya sampai sesudah penyapihan.
Birahi sesudah penyapihan biasannya terjadi 3-8 hari sesudah penyapihan, apabila anank-anak babi dipisahkan 6-8 minggu sesudah patrus. Interval ke estrus sesudah penyapihan dini, 2-3 minggu sesudah patrus, adalah lebih lama dan lebih bervariasi.
3. Ovulasi
Ovulasi dapat didefinisikan sebagai pelepasan ovum dari folikel de Graaf. Jumlah telur yang diovulasikan oleh kedua ovaria pada satu estrus (ovulation rate) berbeda-beda menurut jenis hewannya. Pada babi terjadi selama estrus pada babi betina dan sebagian besar ova dilepaskan 38 - 42 jam sesudah permulaan estrus. Lama proses ovulasi adalah 3,8 jam. Ovulasi terjaadi kira-kira 4 jam lebih cepat pada betina yang sudah dikawinkan dibandingkan dengan pada betina yang belum kawin (Signoret et al., dikutip dari Toelihere, 1993).
Babi betina adalah hewan polytocus dan angka ovulasi (ovulation rate) berkisar antara 10 sampai 20 ova pada setiap periode berahi. Paritas, umur, tingkatan makanan dan bangsa babi menentukan angka ovulasi. Babi dara mengovulasikan lebih sedikit ova dari pada babi induk dan jumlah ova yang diovulasikan makin meninggi dengan setiap estrus. Rata-rata peningkatan dari estrus pertama ke estrus kedua adalah sekitar 2 ova. Pemberian ransum berenergi tinggi dan peningkatan kosumsi energi dengan pemberian glucosa atau lemak juga memberi efek flushing pada babi betina. Modus operandi tingkatan makanan terhadap angka ovulasi mungkin berupa suatu pengaruh langsung terhadap perkembangan folikel atau secara tidak langsung melalui peningkatan pelepasan gonadotropin.
Category: Pendidikan
0 komentar